JOMBANG – Suasana berbeda tampak di halaman Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Mojoagung pada awal September 2025. Sejak pagi, puluhan orang tua berdatangan, menggandeng anak-anak mereka yang masih mengenakan seragam seadanya. Beberapa membawa map berisi berkas pendaftaran, sementara yang lain hanya bermodal harapan besar. Mereka ingin mendaftarkan anak ke Sekolah Rakyat Terintegrasi (SR) Jombang, sebuah program pendidikan baru yang sedang menjadi buah bibir di kalangan warga.
Namun, wajah-wajah penuh semangat itu perlahan berubah menjadi kecewa ketika panitia menjelaskan bahwa kuota sudah terpenuhi. Dari 100 kursi yang dibuka – 50 untuk jenjang SMP dan 50 untuk SMA – seluruhnya sudah terisi. Bahkan, pendaftar yang masuk sejak gelombang pertama mencapai lebih dari 200 anak.
“Peminatnya di luar perkiraan kami. Padahal sekolah ini baru berjalan dua bulan, tapi antusiasme masyarakat sangat tinggi,” ungkap Kepala Sekolah, Andik Minarto, ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (1/9).
Prioritas untuk Keluarga Rentan
Menurut Andik, tingginya animo pendaftar tidak lepas dari konsep sekolah yang menyasar keluarga miskin. Sekolah Rakyat memang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga kategori desil 1 dan 2, yakni lapisan masyarakat dengan kondisi ekonomi paling rendah.
“Kita ingin memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu tetap bisa mengenyam pendidikan yang layak. Mereka berhak mendapatkan kesempatan yang sama,” tegasnya.
Bagi sebagian besar warga, program ini seakan menjadi jawaban dari kebuntuan panjang. Biaya sekolah yang semakin mahal sering kali membuat anak-anak dari keluarga miskin putus sekolah atau sekadar menunggu kesempatan kerja serabutan. Kini, kehadiran SR Jombang memberi jalan baru yang lebih pasti.
Lebih dari Sekadar Ruang Kelas
Sekolah Rakyat Terintegrasi bukan hanya menyediakan ruang belajar dengan kurikulum formal. Program ini juga menyiapkan fasilitas pendukung yang dirancang agar siswa tidak terbebani. Mulai dari seragam sekolah, sepatu, hingga kebutuhan alat tulis disediakan oleh pihak sekolah.
Bagi anak-anak yang tinggal di asrama, urusan makan sehari-hari pun menjadi tanggung jawab sekolah. Uniknya, pihak pengelola menggandeng Puskesmas Mojoagung untuk memastikan gizi makanan sesuai standar kesehatan. “Kami ingin membangun sistem pendidikan yang utuh. Tidak hanya soal ilmu, tapi juga kesehatan, lingkungan, dan pembinaan karakter,” jelas Andik.
Seorang wali murid, Nur Aini (42), mengaku lega anaknya akhirnya diterima di program ini. Ia sehari-hari bekerja sebagai buruh tani di daerah Wonosalam. “Kalau harus sekolah biasa, saya tidak sanggup bayar. Alhamdulillah ada sekolah rakyat ini, saya seperti mendapat hadiah besar. Semoga anak saya bisa belajar dengan tenang,” ujarnya sambil menahan haru.
Menunggu Gedung Permanen
Saat ini, kegiatan belajar mengajar masih berlangsung di gedung SKB Mojoagung. Fasilitas seadanya tak menyurutkan semangat siswa dan guru untuk beraktivitas. Namun, pemerintah daerah sudah menyiapkan langkah lebih jauh.
Pemkab Jombang melalui Dinas Pendidikan merencanakan pembangunan gedung permanen di lahan seluas 5,2 hektare di kawasan utara Terminal Kargo Tunggorono. Lokasi ini diharapkan menjadi pusat pendidikan terpadu yang representatif, lengkap dengan sarana belajar modern, asrama, hingga fasilitas olahraga.
Bupati Jombang, H. Warsubi, menegaskan bahwa pihaknya mendukung penuh program tersebut. “Pemerintah Kabupaten tidak bermain-main dalam melaksanakan program nasional ini. Kami telah mengerahkan semua elemen, dari dinas teknis hingga perangkat daerah, untuk menjamin hak pendidikan anak-anak dari keluarga miskin terpenuhi secara bermartabat,” ujarnya.
Dalam kesempatan lain, Warsubi juga menambahkan dengan nada lugas: “Saya pastikan Jombang siap jadi yang terdepan. Sekolah Rakyat ini harus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat kecil.”
Antusiasme Jadi Harapan Baru
Tingginya minat masyarakat terhadap SR Jombang sekaligus menjadi bukti bahwa kebutuhan pendidikan murah dan berkualitas masih sangat besar. Selama ini, sebagian warga miskin hanya bisa pasrah karena terkendala biaya. Kehadiran sekolah ini memberi mereka harapan baru.
Di sisi lain, antusiasme ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah daerah. Dengan jumlah pendaftar yang jauh melampaui kuota, muncul tuntutan agar kapasitas sekolah ditambah atau model serupa dibuka di lokasi lain. Jika tidak, potensi kekecewaan masyarakat bisa muncul.
Bagi para siswa yang sudah diterima, perjalanan baru sedang dimulai. Mereka datang dengan latar belakang berbeda, tetapi membawa mimpi yang sama: mengubah nasib lewat pendidikan. Seperti kata Kepala Sekolah Andik Minarto, “Anak-anak ini punya potensi besar. Mereka hanya butuh kesempatan. Sekolah Rakyat hadir untuk membuka pintu itu.”
Menjadi Model Pendidikan Inklusif
Di tengah sorotan publik, Sekolah Rakyat Jombang berpotensi menjadi model pendidikan inklusif di Jawa Timur. Apalagi, program serupa juga mulai dikembangkan di beberapa daerah lain. Dengan dukungan penuh pemerintah daerah serta kolaborasi lembaga kesehatan dan masyarakat, sekolah ini diharapkan bisa bertahan jangka panjang.
Meski sederhana, langkah ini telah memantik optimisme baru. Pendidikan, yang selama ini menjadi beban berat bagi keluarga miskin, kini kembali menjadi harapan. Dari ruang-ruang kelas di SKB Mojoagung, tumbuh keyakinan bahwa setiap anak – tanpa memandang status sosial – layak mendapat jalan terang untuk masa depan.***
Kreator: Pliplo Society
Caption photo : Seorang calon siswa Sekolah Rakyat (SR) Jombang yang sedang mendapat pemeriksaan Kesehatan. Photo: Dok