Bupati Jombang Warsubi Lesehan Bareng Warga, Doa Pertama di Kebon Rojo Jadi Sejarah

JOMBANG – Taman Kebon Rojo, Jombang, ruang publik yang biasanya ramai dengan aktivitas warga di sore hingga malam hari. Malam itu Kamis, 4 September 2025, berubah menjadi lautan doa dan kebersamaan. Untuk kali pertama, momen itu terjadi, — pemerintah daerah Jombang menggelar doa bersama lintas agama di ruang terbuka.

Sejak sore, warga mulai berdatangan, memadati pelataran taman. Mereka duduk lesehan, sabar menanti dimulainya acara. Tanpa dekorasi berlebihan, suasana yang tercipta justru terasa akrab dan hangat.

Ada yang menarik di antara kerumunan warga, sosok yang paling ditunggu, yaitur Bupati Jombang Warsubi. Bukannya duduk di kursi kehormatan, ia justru memilih bergabung bersama warga di tikar yang sama.

Sebuah isyarat sederhana namun kuat, bahwa Bupati yang biasa warganya menyapa Abah ini, menunjukkan kepemimpinan sejati bukanlah soal jarak, melainkan tentang kedekatan dan kebersamaan terhadap masyarakat yang dipimpinnya.

Kebersamaan yang Menguatkan

Acara dimulai dengan lantunan doa dari para tokoh agama. Satu per satu, perwakilan Islam hingga Kristen memimpin doa dengan penuh khidmat. Tidak ada sekat, tidak ada perbedaan. Semua larut dalam suasana haru dan kebersamaan. Kebon Rojo malam itu seakan menjadi ruang suci, tempat masyarakat Jombang bersatu memohon keselamatan bangsa.

Di tengah keheningan doa, Bupati Warsubi menyampaikan pesan yang menyejukkan. Dengan suara teduh, ia menegaskan pentingnya menjaga kedamaian.

“Alhamdulillah Jombang masih aman dan kondusif. Semoga dengan doa bersama ini, kebersamaan yang sudah kita rajut tetap terjaga,” ucapnya dengan disambut rasa tenang dan harapan oleh warga.

Membawa Berkah

Seusai doa, suasana semakin cair dan benar-benar tampak dalam kebersamaan. Warga dan pejabat duduk melingkar menikmati tumpeng yang disediakan oleh Pemkab. Tidak ada jarak, tidak ada sekat. Semua menyatu dalam suasana akrab.

Baca Juga :  Wagub Emil Pastikan Jatim Siap Percepat Action Plan  Proyek Strategis Nasional

Kejutan hadir ketika dua pedagang nasi goreng yang biasa mangkal di sekitar taman ikut merasakan berkah. Malam itu, dagangan mereka diborong habis oleh Bapenda dan kemudian dibagikan gratis kepada masyarakat.

Bagi Suyatno, salah satu pedagang, momen itu terasa tak terlupakan: “Saya tidak menyangka, dagangan saya habis. Senang rasanya bisa ikut berkontribusi,” ujarnya dengan wajah penuh syukur.

Kisah sederhana ini menjadi simbol nyata bagaimana kebersamaan tidak hanya dirasakan secara batiniah, tetapi juga membawa manfaat langsung bagi rakyat kecil.

Harapan dari Warga

Bagi sebagian warga, acara ini bukan sekadar doa bersama, melainkan juga sebuah tonggak sejarah. Utami, seorang warga yang hadir, menyampaikan harapannya dengan penuh keyakinan.

“Seingat saya, ini pengajian pertama kali yang digelar di Kebon Rojo. Semoga ini menjadi tonggak Abah bersama rakyat dalam membangun Jombang ke arah yang lebih baik. Aamiin.”

Utami kemudian menggambarkan harapan masyarakat: bahwa kehadiran pemimpin bukan hanya simbol seremonial, melainkan bukti kedekatan yang nyata.

Kebersamaan Lintas Elemen

Acara doa bersama ini juga diramaikan oleh kehadiran berbagai unsur. Forkopimda turut hadir lengkap, termasuk Dandim 0814 Jombang Letkol Kav. Dicky Prasojo, S.H., M.Han. dan Kapolres Jombang AKBP Ardi Kurniawan, S.H., S.I.K., CPHR. Hadir pula tokoh perguruan silat, tokoh Tionghoa, serta Wakil Bupati H. Salmanudin Yazid.

Dalam kerumunan warga hadir pula istri Bupati Warsubi, Hj. Yuliati Nugrahani. Kehadiran sang istri ini, melengkapi suasana kebersamaan lintas elemen, dan meneguhkan bahwa Jombang adalah rumah bersama yang rukun, inklusif, dan guyub.

Pesan Bupati Warsubi

Bagi Abah Warsubi, doa bersama bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga jembatan kebersamaan. Ia menegaskan bahwa segala persoalan harus diselesaikan dengan musyawarah dan kekeluargaan, bukan dengan kekerasan.

Baca Juga :  Gubernur Khofifah Turun Langsung Pastikan Taman Apsari Bersih dan Pulih Pasca Pesta Rakyat

“Semua persoalan bisa kita bahas dengan musyawarah, bukan dengan anarkhi. Dengan begitu, Jombang akan selalu aman dan Indonesia tetap bersatu,” tegasnya.

Kata-kata itu menyentuh hati, seakan menjadi pengingat bagi semua masyarakat Jombang yang hadir, bahwa kedamaian bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, melainkan harus dirawat bersama.

Sejarah di Kebon Rojo

Acara ditutup dengan makan bersama. Tidak ada pembatas antara pejabat, tokoh masyarakat, dan warga. Kesederhanaan justru menghadirkan kemewahan yang sejati: kebersamaan yang langka di era modern.

Malam itu, Kebon Rojo mencatat sejarah baru. Bukan hanya karena doa bersama lintas agama digelar untuk kali pertamanya di ruang terbuka, tetapi juga karena menghadirkan potret kepemimpinan yang dekat dengan rakyat.

Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang mampu hadir di tengah rakyatnya, merangkul tanpa sekat, dan menyalakan lilin kebersamaan di tengah perbedaan. Dan pada malam itu, Bupati Warsubi telah menunjukkan hal itu.***

Kreator: Pliplo Society